CERITA RAKYAT LAKIPADADA: NEGOSIASI KEABADIAN DAN KENISBIAN DALAM PERSPEKTIF HEIDEGGER (Folkore of Lakipadada: Negotiations of Eternity and Relativity in Heidegger Perspective)
Abstract
This writing discusses of Torajan folkore“Lakipadada”which tells the story of someone who is looking for amulet of Tang Mate’eternity after witnessing all people he lovedpassed away. The theme is interesting due to contradictory to the law of nature regarding the changes in life. He makes various efforts to fight fate. Torajan know the principle of life for dying. All things are intended to celebrate a death by doing a ceremony that i sheld very luxury. In thiscontext, the folkore of Lakipadada presents as a story with different view of lifeand the collective memory of people. The data analysis using of Martin Heidegger perspective to understand negotiations of Torajan to wards the eternity and relativity. The result of the analysis has been carried out in finding negotiaton result in Lakipadada folkore, namely celebrating a dignified death. Keywords: negotiation; eternity; relativity; oral literature Toraja
Abstrak
Tulisan ini membahas cerita rakyat Toraja “Lakipadada”yang bercerita tentang seseorang yang mencari azimat keabadian Tang Mate’ setelah menyaksikan semua orang yang disayanginya meninggal dunia. Tema ini menarik karena kontradiktif dengan hukum alam tentang perubahan pada kehidupan. Ia melakukan berbagai usaha melawan takdir. Masyarakat Toraja mengenal prinsip hidup untuk mati. Semua hal yang dilakukan dalam kehidupan ditujukan untuk merayakan kematian dengan upacara yang digelar sangat mewah. Dalam konteks ini, cerita Lakipadada hadir sebagai kisah yang berbeda dengan pandangan hidup dan ingatan kolektif masyarakatnya.Analisis data ini menggunakan perspektif Martin Heidegger untuk memahami negosiasi orang Toraja terhadap keabadian dan kenisbian. Hasil analisis yang telah dilakukan menemukan hasil negosiasi dalam cerita rakyat Lakipadada yaitu merayakan kematian yang bermartabat.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Budianta, Melani. (2012), Merajut Ingatan
Indonesia: Sebuah Refleks dalam Ilmu
Pengetahuan Budaya dan Tanggung
jawabnya. Riris K. Toha-Sarumpaet.
Jakarta: UI Press.
Garing, Jusmianti, (2017) Analisis Semantik
Cerita Lakipadada. Jurnal Sawerigading,
Volume 23, No.1, 2017 hal 117--126.
https://doi.org/10.1163/2211730X-12341305
Hardiman, F. Budi. (2008), Heidegger dan
Mistik Keseharian: Suatu Pengantar
Menuju Sein und Zeit. Jakarta:
Kepustakaan Populer Gramedia.
Jemmain, Hastianah. (1999) Syair-Syair
Toraja. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Palimbong, C.L. (-), Cerita Lakipadada Kerja
Sama Pemerintah Daerah Tana Toraja.
Toraja: Yayasan Torajagali.
Piliang, Yasraf Amir. (2003), Hantu-hantu
Politik dan Matinya Sosial. Solo: Tiga
Serangkai.
______. (2006), Antara Minimalisme dan
Pluralisme: Manusia Indonesia
dalam Serangan Postmodernisme
dalam Menggeledah Hasrat: Sebuah
Pendekatan Multi Perspektif. Alfathri
Aldin. Yogyakarta dan Bandung:
Jalasutra.
Sikki, Muhammad dkk. (1986), Struktur Sastra
Lisan Toraja. Jakarta: Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Taum, Yoseph Yapi. (2014), "Tradisi Fua Pah:
Ritus dan Mitos Agraris Masyarakat
Dawan di Timor" dalam Bahasa Merajut
Sastra Merunut Budaya. Yogyakarta:
Penerbit USD.
______. (2011), Studi Sastra Lisan: Sejarah,
Teori, Metode, dan Pendekatan Disertai
Contoh Penerapannya. Yogyakarta:
Penerbit Lamalera.
______, (2013) Manusia Indonesia dan
Keterpenjaraannya: Meretorik Ulang
Wacana Indonesia" Makalah Seminar
Lustrum IV "Meretorik Ulang Indonesia"
Fakultas Sastra Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta, 29 Mei 2013.
Refbacks
- There are currently no refbacks.