KESUSASTRAAN BUTON ABAD XIX: KONTESTASI SASTRA LISAN DAN TULIS, BUDAYA DAN AGAMA
Abstract
The Implementation of Islamic Sharia at the Sultanate of Buton in the 19th century marked a new phase in Buton
literature, which leaned more towards to Islamic culture. The movement of adjusting local literature resonated
by the local authorities, namely the administration of Sultan Muhammad Idrus Kaimuddin (1824—1851 M)
which embraced tasawwuf teaching had penetrated many aspects of life, including arts. This finally led into a
contestation between the people who embraced local literature (oral literature) and authorities who embraced
Islamic literature (manuscript literature.) Both literatures developed in a different place, yet in the same time.
The contestation occured due to an effort of maintaining position and function, and at the same time expected
supports from the society.
Abstrak
Penerapan syariat Islam di Kesultanan Buton pada abad ke-19 menandai fase baru perkembangan kesusastraan
Buton yang condong ke kebudayaan Islam. Gerakan penyesuaian sastra lokal yang dikumandangkan penguasa
setempat, yakni pemerintahan Sultan Muhammad Idrus Kaimuddin (1824—1851 M.) yang mengusung ajaran
tasawuf, telah merasuk ke berbagai sendi kehidupan masyarakat, termasuk berkesenian. Akibatnya, terjadi
kontestasi antara masyarakat yang mengusung sastra lokal (sastra lisan) dan penguasa yang mengusung sastra
yang bernuansa Islami (sastra naskah). Kedua sastra tersebut berkembang dalam tempat yang berbeda, namun
dalam ruang waktu yang sama. Kontestasi disebabkan oleh upaya mempertahankan kedudukan dan fungsi,
sekaligus berharap memperoleh dukungan dari masyarakat luas
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Bouvier, Helene. 2002. Lebur!: Seni Musik dan
Pertunjukan dalam Masyarakat Madura.
(Penerjemah: Rahayu S. Hidayat dan Jean
Conteau). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Burhanuddin, B dkk. 1980/1981. Sejarah
Pendidikan Daerah Sulawesi Tenggara.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Chalik, Husen A. 1978/1979. Sejarah
Kebangkitan Nasional Daerah Sulawesi
Tenggara. Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan.
Malim, La Ode. 1983. Membara di Api Tuhan.
(Edisi II). Jakarta: Balai Pustaka.
______(1981). Kesenian Daerah Wolio.
Jakarta: Balai Pustaka.
Niampe, La. 2000. Kabanti Oni Wolio (Puisi
berbahasa Wolio) II. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
_____. 1999. Kabanti Oni Wolio (Puisi
Berbahasa Wolio) I. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Rohana, Siti. 2006. "Tari Melemang: Mencari
Identitas di Tengah Puing-puing Sejarah"
Laporan Penelitian tentang Kebijakan
Kebudayaan di Masa Orde Baru. Jakarta:
Pusat Penelitian dan Pengembangan
Masyarakat dan Kebudayaan LIPI.
Saputra, Karsono H. 1992. Pengantar Sekar
Macapat. Depok: Fakultas Sastra
Universitas Indonesia.
Yunus, Abd. Rahim. 1995. Posisi Tasawuf
dalam Kesultanan Buton Pada Abad
ke-19. Jakarta: Indonesian Netherlands
Cooperation in Islamic Studies (INIS).
Zahari, A.M. 1977. Sejarah dan Adat Fiy
Darul Butuni. Jilid I, II, dan III. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
DOI: https://doi.org/10.26499/sawer.v19i3.439
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2017 SAWERIGADING

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
SAWERIGADING INDEXED BY:
________________________________________________________________________________
@2016 Sawerigading, Balai Bahasa Prov. Sulawesi Selatan dan Prov. Sulawesi Barat. Powered by OJS
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.