BENTUK NEGASI DALAM BAHASA BANUA DI KALIMANTAN TIMUR (Negation Forms in Banua Language in East Kalimantan)
Abstract
Dalam komunikasi sehari-hari penutur bahasa Banua sering memanfaatkan bentuk negasi untuk penolakan, pembatalan, dan peniadaan. Fenomena kebahasaan tersebut sangat menarik untuk dikaji. Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk negasi dalam bahasa Banua dan pemakaiannnya. Kajian negasi bahasa Banua ini menggunakan metode deskriptif. Sumber data berasal dari wacana tulis dan lisan, khususnya yang terdapat pemakaian bentuk negasi. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik baca, catat, dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif kualitatif. Dalam tulisan ini ditemukan beberapa bentuk negasi dalam bahasa Banua, antara lain negasi cada, lain, jangan, ballum, dan indada. Bentuk negasi tersebut memiliki perbedaan fungsi dan makna. Pemakaian negasi bahasa Banua dapat terjadi pada bagian kalimat yang terdapat dalam kalimat majemuk dan pada keseluruhan kalimat yang terdapat dalam kalimat tunggal. Dilihat dari ketegaran letaknya, kelima negasi tersebut sangat kuat karena posisi negasi tersebut tidak dapat dipindahkan di sebelah kanan fungsi predikat atau di sebelah kiri fungsi subjek dan objek.
Abstract
In daily communication, speakers of Banua language often use forms of negation to refuse, cancel, and nullify things. This phenomenon is very interesting to study. This paper aims to describe the forms of negation and how they are used in Banua language. It uses descriptive method. The data are from written and oral discourse, especially those that use the negation forms. The data were collected after reading, recording, and interviewing. The data were analysed using descriptive qualitative analysis technique. It revealed some forms of negation in Banua language, like cada, lain, jangan, ballum and indada. Those forms of negation have different functions and meanings. The negation in Banua language may occur in a part of a sentence in a compound sentence and in a whole sentence in a single sentence. Judging from its firmness, the five negations are very strong because the negation position can not be moved to the right of the predicate function or to the left of the subject and object functions.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Alwi, Hasan, dkk. (2003). Tata Bahasa Baku
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Arifin, Syamsul, dkk. (1990). Tipe-Tipe Klausa
Bahasa Jawa. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Ba’dulu, Abdul Muis dan Herman. (2005).
Morfosintaksis. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. (2006). Tata Bahasa Praktis
Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Djajasudarma, T. Fatimah. (1993). Metode
Linguistik: Ancangan Metode Penelitian
dan Kajian. Bandung: PT Eresco.
Laginem. (1999). “Pengingkaran dalam Bahasa
Jawa”. Widyaparwa. Nomor 53, Oktober
Yogyakarta: Balai Bahasa Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta.
Ramlan, M. (1996). Ilmu Bahasa Indonesia
Sintaksis. Yogyakarta: CV. Karyono.
Rusbiyantoro, Wenni, dkk. (2008). Kamus
Bahasa Banua – Indonesia. Samarinda:
Kantor Bahasa Provinsi Kalimantan
Timur.
Sudaryono. (1993). Negasi dalam Bahasa
Indonesia: Suatu Tinjauan Sintaksis dan
Semantik. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa.
Sutopo, H.B. (2002). Metode Penelitian
Kualitatif: Dasar Teori dan Penerapannya
dalam Penelitian. Surakarta: Sebelas
Maret University Press.
Syafar, Dian Noriani. (2016). ”Negasi dalam
Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris”.
Arbitrer.Vol. 3, N0. 1, Edisi April 2016.
Padang: Universitas Andalas.
DOI: https://doi.org/10.26499/sawer.v23i1.193
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2017 SAWERIGADING

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
SAWERIGADING INDEXED BY:
________________________________________________________________________________
@2016 Sawerigading, Balai Bahasa Prov. Sulawesi Selatan dan Prov. Sulawesi Barat. Powered by OJS
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.